PortalBMR, BOLMONG – Sebagian besar mahasiswa asal Sulawesi Utara (Sulut) yang belajar di China sudah balik ke daerah asalnya sejak pekan lalu. Sementara informasi, ada 11 mahasiswa Bolmong masih bertahan di China berada di kota Wuhu yang terpaut 500 kilometer dari Wuhan. Saat ini mereka berada di dalam kampus dan pihak universitas melarang mereka keluar.
Sementara Untuk makanan dan minum dibelikan para dosen dan setiap hari kesehatan mereka diperiksa pihak universitas. Namun terkait 11 mahasiswa Bolmong yang masih bertahan di china Pihak PT Conch enggan dikonfirmasi. Telepon dan WA tak dibalas juru bicara PT Conch.
Melalui Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta. Menyampaikan “Anak anak mahasiswa tak mau pulang, mereka malah ingin bertahan di Cina,” kata Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta.
Lanjutnya para mahasiswa hingga kini masih aman. Pihak universitas menjamin keamanan mereka.”Setiap hari mereka diperiksa kesehatan. Kemudian mereka dilarang keluar kampus, makanan mereka dibelikan dosen,” ujarnya.
Adapun alasan mengapa para mahasiswa ini enggan balik indonesia meski keadaan mengancam, dikarenakan mahasiswa umumnya memiliki latar belakang miskin. Hal tersebut disampaikan oleh salah satu keluarga yang enggan namanya dipublis
Berada di China menerbitkan harapan untuk mengubah nasib. Jika ditarik, mereka takut tak kembali lagi. Para mahasiswa agaknya dihinggapi trauma keberangkatan yang berbelit.
“Kami tiap menit nonton televisi yang menyiarkan virus corona, tiap hari pula kami berhubungan dengan anak kami lewat ponsel. Keadaan masih aman, jarak antara kota Wuhu tempatnya menuntut ilmu dan Wuhan adalah 500 kilometer, mereka mendapatkan penjagaan ekstra dari kampus, kami memang sempat khawatir, tapi sekarang tidak,” kata seorang wanita yang mengaku tante dari mahasiswa yang kuliah di China.
Diakui sang ponakan yang berlatar belakang miskin sangat ingin melanjutkan kuliah di China demi mengubah hidup. Ia khawatir jika sang ponakan dipulangkan tak akan kembali lagi.
“Ia punya tekad baja untuk mengubah hidup, jalan sudah terbuka baginya yakni kuliah di China. Kami akan sangat kecewa jika ia kembali ke sini dan ngangur lagi,” katanya.
Ia mengungkapkan, ayah ponakannya hanyalah sopir, sedangibunya adalah ibu rumah tangga. Keduanya bermukim di Manado. Seluruh keluarga terlibat dalam pemberangkatan ponakannya itu yang serba rumit.
“setiab hari kami berdoa dalam ibadah khusus, agar keponakan kami terhindar dari virus Corona, a nyaris tak berangkat, tapi kami semua membantu sampai akhirnya ia bisa berangkat, dialah bintang yang akan mengubah hidup kami, ujarnya.