PORTAL BMR | Dibalik Berita Ada Cerita Portal Berita Bolaang Mongondow Raya
PortalBMR, KOTAMOBAGU –Pembuatan Nyiru yang bisa disebut tapisan beras yang mengunakan bahan dasar bambu masih menjadi usaha untuk menopang ekonomi keluarga. Usaha kerajinan tradisional ini masih diguluti warga Kelurahan Upai, Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu selama 33 tahun.
Sapar Dondo pengrajin tradisional pembuat Nyiru (dalam keseharian bahasa daerah bolaang mongondow disebut Digu) dengan cara menganyam menggunakan tangan dilakoninya setiap hari.
”bahan dasarnya dari bambu dan yang diambil hanya kulitnya saja, kemudian di jemur sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Setelah itu bambunya direndam dengan air agar bambu tetap rata, kemudian dijemur lagi” ungkap Sapar.
Lanjutnya, usai dijemur dengan waktu secukupnya bahan-bahan ini siap dianyam dan jemur kembali sampai kering, agar hasilnya menjadi bagus. Untuk menyempurnakan hasil Nyiru, pingiran nyiru dianyam menggunakan bahan dasar rotan, juga ikatannya menggunakan tali rotan.
”pembuatan tapisan beras dari bahan dasar bambu dan rotan saya ketahui dari kakak saya 33 tahun yang lalu. Untuk pembuatan 1 (satu) anyaman tapisan beras hanya memakan waktu 30 menit saja, dalam sehari bisa 12-15 Nyiru (tapisan beras) bisa selesai ” ujar sapar dondo.
Dijelaskan, usaha Nyiru (tapisan beras) sudah menjadi usaha turun temurun dari orang tuanya. Kami tetap bersyukur bisa menghasilkan uang bagi keluarga.
Sementara hasil kerajinan Nyiru yang ukuran berbeda-beda dijual dengan harga Rp 25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) hingga Rp 40.000 (empat Puluh ribu rupiah).
”biasanya setiap lima hari sekali sesuai pesanan hasil kerajinan Nyiru berjumlah 30 sampai 35 buah dan dibawa ke pasar. Selain pesan untuk dijual dipasar, ada juga pembuatan atas pemesanan tertentu, baik dari pengusaha kacang goyang, atau seperti ada hajatan warga dengan permintaan yang banyak.”jelasnya.
