Hairun: “Perhari rata-rata saya dapat Rp30 ribu rupiah. Cukuplah untuk beli beras dan ikan,”
PortalBMR,BOLTIM – Demi hidupi lima anggota keluarganya Hairun Yusuf, warga Kotabunan, harus jalan kaki sejauh 50 kilometer. Setiap hari Hairun harus berkeliling dari desa ke desa menawarkan reparasi sepatu, profesi yang dia jalani sejak puluhan tahun lalu ini, lebih dikenal sebagai tukang sol sepatu.
Menjadi tukang sol sepatu telah dijalani sejak tahun 1984 waktu itu di Manado, berpikir persaingan di sana banyak, maka Hairun Yusuf nekat dan memutuskan datang ke Kabupaten Bolaang Mongondow, tepatnya di Kecamatan Kotabunan.
Saat masuk tahun 1994, kabupaten Boltim pada waktu itu belum terbentuk. Sejak itu profesi tukang sol sepatu mulai dijalankannya sampai hari ini. Sudah ribuan pasang sepatu berhasil diperbaiki Hairun mulai dari milik pejabat hingga warga.
Dikisahkan, waktu itu tidak ada tukang sol sepatu, nanti beberapa tahun berikutnya sudah banyak pendatang dari luar masuk dan menjadi tukang sol sepatu.
Saat ditemui media ini. Sabtu, (11/5/2019) di tengah suasana puasa, Hairun Yusuf 45 tahun yang mengenakan peci, harus berjalan kaki puluhan kilometer, sambil memikul kotak berisi perlengkapan sol sepatu. Raut wajah pria ini, tak nampak lelah, walaupun dia sedang puasa.
“Saya harus bekerja walaupun sedang puasa. Menahan lapar dan haus sering dilakukan walaupun bukan bulan puasa, yang sudah menjadi keseharian” ujar Hairun Yusuf.
Menurut dia, pekerjaan tukang sol sepatu memang berat, karena penghasilannya tidak tetap. Kadang ada, kadang tidak. Namun semuanya dijalani dengan sabar. Untuk makan dan minum biasanya selesai pulang kerja di rumah. Sebab uang yang didapat paling banyak digunakan sewa ojek.
“Perhari rata-rata saya dapat Rp 30 ribu rupiah. Cukuplah untuk beli beras dan ikan,” ujar dia lagi.
Lanjut dia, bertahan menjadi tukang sol sepatu, karena ingin sekolahkan ke tiga anaknya. anak pertama duduk di bangku SMP, kedua SD, ketiga masih PAUD.
Menurut dia, harus bekerja keras, sebab ketiga anaknya tidak ada bantuan. Sebab sejauh ini, bantuan tidak tepat sasaran. “Ada keluarga tidak punya anak, namum terima PKH,” kata Hairun
Ia berharap, bantuan pemerintah untuk warga yang tidak mampu harus tepat sasaran. tambahnya
Peliput: Randy Mokodompit